Daerah· 3 Sep 2019 09:06 WITA · 32 Calon Guru Inti Mendapatkan Pelatihan. Perbesar. Sigit yang didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Ketenagaan Ahmad Muthohar menerangkan, para calon guru inti yang mengikuti pelatihan ini akan langsung dilatih oleh fasilitator dari PSF. Ke depan, setelah lulus mereka ini nantinya yang akan menjadi IbuHera selaku guru inti juga tidak pernah bosan membagi ilmunya. Dari mulai mengajar, membimbing hingga ke tahap administrasi guru," ucapnya, Rabu (7/8/2019). Menurutnya, perjuangannya tidak berhenti sampai masalah di guru inti dan mitra, setelah melalui tahapan-tahapan yang ada, ia mengaku masih banyak yang harus diperbaiki di daerah asalnya. Yth Kepala Dinas Pendidikan Provinsi terlampir. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI), akan menyelenggarakan Program Upskilling dan Reskilling Guru Kejuruan Berstandar Infustri dengan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) Tahun 2022. Demikiandisampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy saat membuka Pembekalan Calon Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, yang berlangsung pada 26 Juli hingga 2 Agustus 2019. 15Nov 2019 Pelatihan Guru Inti Nasional Pada tanggal 11-15 November 2019 bertempat di Hotel Ibis Style Tanah Abang digelar pelatihan nasional Guru Inti tingkat SMA dan 10 Nov 2019 Rapat Pengurus FDI Sulsel Pada hari Minggu tanggal 10 November 2019 bertempat di Maxone Hotel Makassar Jl. Taman Makam Pahlawan Panaikang pengurus FDI berkumpul biaya masuk sd al azhar depok 2023. › Utama›Pelatihan Guru Bermetode "5 In... Pelatihan guru berbasis zonasi dimulai dengan metode lima kali diskusi dan tiga kali praktik untuk satu pokok bahasan. Sebanyak guru tengah menerapkan pelatihan yang diistilahkan sebagai "5 in dan 3 on" ini. OlehLaraswati Ariadne Anwar 5 menit baca KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR Suasana pelatihan guru berbasis zonasi pada hari Sabtu 2/11/2019 di SMPN 275 Jakarta Timur. Sekolah ini adalah Pusat Belajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan KOMPAS — Pelatihan guru berbasis zonasi dimulai dengan metode lima kali diskusi dan tiga kali praktik untuk satu pokok bahasan. Sasaran metode ini untuk mengubah pendekatan guru dalam mengajar agar memerhatikan tumbuh kembang siswa sehingga bukan menitikberatkan kepada kognitif saja, tetapi juga perkembangan nalar dan guru secara serentak tengah menerapkan pelatihan yang diistilahkan sebagai "5 in dan 3 on" tersebut. "In" berarti diskusi dan "on" berarti praktik. Diskusi dilakukan setiap hari Sabtu di pusat belajar PB. Pada Sabtu 2/11/2019 merupakan kali kedua para guru tersebut melakukan diskusi. Terdapat PB se-Indonesia dengan guru inti yang sudah dilatih oleh tim pengembangan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setiap PB memiliki 20 guru sasaran dari sekolah-sekolah di sekitar. Artinya, untuk tahun 2019 ada guru diskusi pertama para guru berembuk mengenai masalah pemelajaran yang mereka nilai paling signifikan. Setelah dua kali diskusi, mereka menerapkan metode yang disepakati di sekolah masing-masing. Pada hari Sabtu ketiga guru berkumpul lagi mengevaluasi penerapan ini untuk kemudian diterapkan revisinya."Setiap PB terdiri dari satu guru inti yang menangani 20 guru sasaran. Mereka mendiskusikan mata pelajaran yang spesifik," kata Direktur Jenderal GTK Kemdikbud Supriano, Sabtu, ketika meninjau proses pelatihan di SMPN 275 Jakarta Timur yang merupakan PB mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk guru-guru juga Kompetensi Guru Dimulai dari Perubahan Persepsi BelajarSupriano mengatakan, Kemdikbud melalui situs dan aplikasi Rumah Belajar menyediakan modul pelatihan berdasarkan topik setiap mata pelajaran. Setiap PB bebas memilih modul yang hendak mereka bahas terlebih dahulu sesuai kebutuhan di zona masing-masing. Biasanya per PB memutuskan topik pembahasan berdasarkan peta hasil Ujian Nasional yang menunjukkan poin-poin terperinci yang belum dipahami siswa sehingga guru bisa mengevaluasi cara mereka Rumah Belajar juga memudahkan guru berkomunikasi, mengunduh, dan mengunggah gagasan pemelajaran sehingga terjadi diskusi daring secara nasional. Cara ini lebih efisien dibandingkan dengan metode pelatihan terpusat yang memanggil ribuan guru ke Jakarta dan memberi mereka materi seragam. Kini, guru bisa menentukan titik intervensi prioritas ARIADNE ANWAR Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Supriano mengatakan di Jakarta, Sabtu 2/11/2019 bahwa metode pelatihan guru berbasis zonasi "5 in dan 3 on" berarti lima kali pembahasan masalah yang diselingi tiga kali praktik di sekolah masing-masing dengan evaluasi berkelanjutan. Setiap Pusat Belajar yang melatih 20 guru memiliki fokus bahasan berbeda sesuai dengan masalah di menjabarkan, metode pelatihan berbasis zonasi selain spesifik menyasar masalah pemelajaran juga untuk menguatkan kompetensi pedagogik guru. Berdasarkan evaluasi Kemdikbud, pola pelatihan selama ini fokus kepada peningkatan kapasitas guru menguasai materi pelajaran, bukan kepada cara guru menyampaikan materi kepada pelatihan berbasis zonasi selain spesifik menyasar masalah pemelajaran juga untuk menguatkan kompetensi pedagogik guru."Kalau sekadar materi pelajaran sudah bisa diakses di mana-mana, apalagi di internet. Kita butuh guru yang bisa menyaring materi yang tepat untuk siswa dan menyampaikannya dengan cara yang mengembangkan kreativitas, nalar kritis, dan kemampuan siswa melakukan proyek berkelompok," pelatihan "5 in, 3 on" ini memanfaatkan teknologi digital sebagai alat bantu. Oleh karena itu, guru sasaran memang mereka yang sudah melek teknologi. Harapannya adalah guru-guru lain akan terinspirasi melihat para guru yang mengikuti pelatihan sehingga terimbas Supriano, selain akan menambah jumlah guru inti, PB, dan guru peserta, pada tahun 2020 ia juga berharap akan muncul inisiatif pelatihan-pelatihan mandiri. Kemdikbud menyediakan modul dan metode pemantauan melalui kepala sekolah dan pengawas yang sudah dibekali untuk memastikan bahwa di dalam kelas memang terjadi perubahan cara guru mengajar menjadi terpusat kepada persepsiGuru inti untuk PB IPA SMPN 275 Jakarta Bambang Kusnandar menjelaskan, hal pertama yang dilakukan ialah mengubah persepsi guru dari sebagai pusat pemelajaran menjadi fasilitator pemelajaran. Hal ini karena di era disrupsi teknologi siswa membutuhkan pendamping yang membantu mereka menavigasi berbagai informasi di buku, internet, dan media lain. Siswa memerlukan guru yang bisa memupuk rasa percaya diri dan keberanian untuk mencoba tanpa takut gagal."Berani bereksperimen dengan rumus dan metode pencarian solusi adalah makna dari pemelajaran berbasis nalar tingkat tinggi HOTS/Higher Order of Thinking Skill," tutur Bambang yang juga guru IPA di SMPN 259 bereksperimen dengan rumus dan metode pencarian solusi adalah makna dari pemelajaran berbasis nalar tingkat mengungkapkan, sebagian guru sebenarnya sudah menerapkan HOTS dalam kegiatan belajar sehari-hari. Mereka tidak lagi menyuruh siswa menghafal teori dan rumus, melainkan memberi mereka kebebasan mengutak-atik rumus guna memecahkan persoalan. Sistem asesmen juga tidak sekadar ujian tertulis, ada yang membuat makalah, maket, hingga komik sehingga siswa benar-benar mengerahkan kemampuan mencari informasi, menganalisanya, merancang karya, berkreasi, dan mengasah kemampuan berbahasa. Hanya, guru tidak menyadari bahwa praktik ini sudah termasuk pemelajaran HOTS."Di sisi lain, ada pula guru yang memang belum tahu makna pemelajaran HOTS. kalaupun tahu definisinya, mereka takut mencoba. Alasannya bisa karena takut birokrasi dan bisa pula tidak tahu langkah awal yang harus diambil," ujar juga Pelatihan Guru secara Sistematis Mendesak DilakukanPada pertemuan kedua itu para guru berdiskusi mengenai cara menerapkan pemelajaran berbasis HOTS di kelas masing-masing. Suasana belajar yang cair memungkinkan guru saling memberi masukan. Mereka membuat rancangan pemelajaran untuk kelas masing-masing yang segera diterapkan pekan ini dan akan dievaluasi pada Sabtu itu, di SDN 06 Makassar, Jakarta Timur yang menjadi PB untuk guru-guru SD kelas IV, V, dan VI, mereka belajar membuat pertanyaan tematik yang terbuka beserta penilaian formatif. Arin Darhani Sitepu yang bertugas sebagai guru inti PB ini menjelaskan, guru sudah mengerti cara mengajar yang merangsang kreativitas dan nalar siswa. Masalahnya, ketika mereka mengevaluasi pemahaman siswa terkait materi tersebut, guru terjebak pada pertanyaan-pertanyaan yang normatif."Untuk sesi lima pekan ini kami fokus ke cara merancang pertanyaan dan asesmen formatif. Setelah seri \'5 in dan 3 on\' materi ini selesai, kami akan pindah membahas topik selanjutnya yang disepakati para guru," ucapnya. Jakarta ANTARA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy mengimbau para guru inti untuk turut serta bekerja keras membangun sumber daya manusia SDM Indonesia. "Guru adalah ujung tombak untuk membenahi layanan pendidikan di masing-masing zona," ujar Mendikbud dalam keterangan pers yang di Jakarta, Senin. Sehingga, definisi keberhasilan guru haruslah diubah, yaitu dapat mendidik dan mengantarkan seluruh siswa berprestasi, tanpa diskriminasi. "Guru yang hebat itu bisa mengantar semuanya menjadi pintar, dan sekolah favorit itu bisa mengantar seluruh siswa menjadi pintar," kata dia. Menteri Muhadjir berharap para guru dapat lebih meningkatkan kontribusinya untuk mendukung pembangunan SDM Indonesia guna menyongsong bonus demografi. Pembangunan SDM menjadi fokus perhatian dari Pemerintah. Para guru supaya bekerja keras, tidak bisa lagi bermain-main dengan tunjangan profesi, terima tunjangan tapi tetap malas. Menurut dia, guru harus proaktif melaksanakan tugas di masing-masing zona layanan pendidikan tempat guru inti bertugas. Demikian disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy saat membuka Pembekalan Calon Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, yang berlangsung pada tanggal 26 Juli hingga 2 Agustus 2019. Peserta kegiatan Pembekalan Calon Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP Berbasis Zonasi yang diselenggarakan di Surabaya berasal dari 43 kota/kabupaten dari 17 Provinsi di Indonesia, meliputi Aceh, Banten, Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Program ini bertujuan untuk memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah pada kelompok kerja di zonasinya. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Supriano, menjelaskan mengenai adanya perubahan skema pelatihan kompetensi guru. “Pelatihan sebelumnya, dilatih di pusat, tapi mulai 2019, dikaitkan dengan penguatan kompetensi pembelajaran, menjadi pelatihan berbasis zonasi dengan melatih para guru inti menjadi fasilitator yang baik, mencakup dari sekolah dasar hingga sekolah menengah,” kata Supriano. Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran PKP akan memaksimalkan peran guru inti, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di kelompok kerja di zonanya masing-masing. Peningkatan kompetensi ini berbiaya murah karena berbasis zonasi. Guru tidak perlu meninggalkan kegiatan belajar dan mengajar KBM di kelas, melaksanakan pengajaran sebaya pada kegiatan kelompok kerja, serta pembelajaran sebaya sesama guru dalam zonasinya. Selain itu, kerja sama antara guru secara berkomunitas, serta kepala sekolah dan pengawas sekolah saling bertukar pengalaman. Pelatihan dilakukan berdasarkan pendekatan masalah yang berawal dari refleksi diri dan analisis hasil UN/USBN serta ujian sekolah. Implementasi program PKP akan berpusat pada kegiatan di zonasi yang mana guru akan melakukan peningkatan kompetensi di zonanya masing-masing, guru tidak lagi dikumpulkan di kabupaten/kota dalam waktu tertentu dan meninggalkan kelas. Supriano berharap para guru inti yang telah dilatih dapat menjadi pelaku perubahan layanan pendidikan di zona masing-masing pada Tahun Ajaran 2019/2020. “Diharapkan guru inti mulai Tahun Ajaran 2019/2020 ini bisa menjadi pelaku peran perubahan di tingkat zonasi,” kata Supriano lagi. Perubahan skema pelatihan bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi dalam menyelesaikan masalah layanan pendidikan di tiap daerah. Pelatihan, lanjutnya, akan memfokuskan pada permasalahan layanan pendidikan, dan menggunakan Ujian Nasional sebagai identifikasi sumber permasalahan. Sumbernya Ujian Nasional karena itu capaian riil dari siswa.* Baca juga Mendikbud Zonasi tidak hanya berkait dengan penerimaan siswa baru Baca juga Kemendikbud nyatakan distribusi guru akan berdasarkan zonasiPewarta IndrianiEditor Erafzon Saptiyulda AS COPYRIGHT © ANTARA 2019 Berikut ini yaitu Jadwal Pelatihan Guru Inti Kurikulum 2019 se Indonesia No Pelatihan Regional Provinsi LPMP Tanggal 1 Makasar Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Bali LPMP Sulawesi Selatan 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 2 Jakarta DKI Jakarta Bangka Belitung Lampung Bengkulu Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah LPMP DKI Jakarta 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 3 Bandung Jawa Barat Banten LPMP Jawa Barat 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 4 Semarang Jawa Tengah DI Yogyakarta LPMP Jawa Tengah 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 5 Surabaya Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Timur LPMP Jawa Timur 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 6 Medan Sumatera Barat Sumatera Utara Aceh Riau Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi LPMP Sumatera Utara 03 Juli 2019 s/d 07 Juli 2019 Downloads

pelatihan guru inti 2019