TokohDalam Wayang Kulit ( Wahyu Pubalaras ) Lakon ini menceritakan tentang Kerajaan Amarta yang terserang wabah penyakit. Menurut Prabu Kresna, agar wabah itu hilang, Yudistira harus mengawini putri Prabu Jumanten dari Kerajaan Gending Kapitu yang bernama Dewi Kuntul Wilanten. Kebetulan, Kerajaan Gending Kapitu sedang mengadakan sayembara. CeritaWayang Bahasa Jawa Mahabarata. Kumpulan Cerita Wayang Caritawayang Blogspot Com. Ki H Anom Soeroto Kresna Duta Martono. Cerita Wayang Kulit Mahabarata Mp3 Download 78 84 MB. Perang Baratayudha Mahabaratha Sejatinya Adalah Perang. Bharatayuda Kumpulan Cerita Wayang. Wayangpedia Sinopsis Mahabarata. 04 Kisah Perang Baratayuda Mahabharata Blog. ReadPDF Cerita Wayang Mahabarata Bahasa Jawa Lengkap Cerita Wayang Mahabarata Versi Jawa, Gatotkaca Lahir Pada tahun 1000 Masehi, pada jaman pemerintahan Darmawangsa, epos Mahabarata ini mulai disadur ke dalam bahasa Jawa. Bahasa Sunda, Bahasa Inggris, Lakon Wayang, Mp3 Wayang, Video Wayang, Mahabarata, Ramayana Page 1/2. Read PDF Semogaahli bahasa Sunda, sejarah dan anthropolog ada yang berminat meneliti masalah ini. yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah CeritaMahabarata Singkat. Unknown selasa, 07 oktober 2014. Lampiran ensiklopedi wayang indonesia ini merupakan pelengkap untuk lakon yang pada dua dekade ini kurang terkenal sinopsisnya dibuat ringkas sedangkan lakon yang digemari masyarakat dibuat lebih panjang lebar. Cerita Mahabarata Singkat Bahasa Jawab Darma Soal from sastra ini bisa menjadi inspirasi yang biaya masuk sd al azhar depok 2023. - Kitab Mahabharata adalah salah satu karya besar dari India yang dianggap suci dan paling istimewa bagi pemeluk agama Hindu. Isinya menceritakan tentang perang antara Pandawa dan Kurawa dalam memperebutkan takhta Hastinapura. Kitab Mahabharata disusun oleh Vyasa Krisna Dwipayana di India pada sekitar 400 yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa. Di Indonesia, salinan dari berbagai bagian Kitab Mahabharata telah digubah dalam bentuk kakawin berbahasa Jawa Kuno oleh para pujangga ternama sejak akhir abad ke-10. Kitab Mahabharata juga diakui sebagai salah satu wiracarita terpanjang di dunia yang memiliki lebih dari sloka dengan sekitar 1,8 juta kata. Panjangnya ini diperkirakan empat kali lebih panjang daripada Kitab Ramayana. Baca juga Kitab Ramayana Penulis, Isi, dan Kisahnya Pembagian dan isi Kitab Mahabharata Mahabharata merupakan kisah epik yang terbagi ke dalam 18 bagian yang disebut belas parwa ini dikenal dengan sebutan Astadasaparwa asta=8, dasa=10, parwa=kitab. Rangkaian parwa ini menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabharata, yaitu sejak kisah para leluhur Pandawa dan Kurawa, hingga diterimanya Pandawa di surga. Adapun pembagian dan isi Kitab Mahabharata adalah sebagai berikut. Adiparwa Bagian ini mengisahkan tentang silsilah serta masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa. Karena keculasan dan watak buruk Kurawa, kedua belah pihak menjadi sering berselisih paham sejak kecil. Sabhaparwa Kitab Sabhaparwa berisi kisah tentang usaha Kurawa untuk membinasakan Pandawa. Karena kalah dalam permainan dadu, Pandawa harus menjalani hukuman dengan hidup dalam pembuangan di tengah hutan selama 12 tahun. Wanaparwa Wanaparwa menceritakan tentang suka duka Pandawa ketika 12 tahun hidup dalam pembuangan di tengah hutan. Wirataparwa Kitab Wirataparwa menceritakan tentang penyamaran Pandawa selama satu tahun di Keraton Wirata setelah selesai menjalani pengasingan di hutan. Baca juga Kitab Sutasoma Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika Udyogaparwa Bagian ini menceritakan tentang kembalinya Pandawa ke Indraprastha setelah menjalani masa pembuangan. Ternyata, Kurawa tidak mau mengembalikan separuh bagian Kerajaan Hastinapura kepada Pandawa. Kedua belah pihak siap berperang di Kuruksetra setelah upaya damai yang diusulkan oleh Kresna gagal. Bhismaparwa Bhismaparwa berisi tentang kisah Bhisma yang menjadi panglima perang Kurawa, sedangkan Kresna sebagai penasihat dan pengatur siasat perang bagi Pandawa. Bagian ini juga menceritakan tentang keberhasilan Srikandi dan Arjuna dalam mengalahkan Bhisma. Dronaparwa Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Kurawa. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestayumna ketika sedang tertunduk lemas tatkala mendengar kabar kematian anaknya, Aswatama. Kitab ini juga menceritakan tentang gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca. Karnaparwa Karnaparwa bercerita tentang pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh kitab ini juga diceritakan ketika Dursasana gugur dan kematian Karna di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17. Baca juga Kitab Negarakertagama Sejarah, Isi, dan Maknanya Salyaparwa Kitab ini berisi kisah penyesalan Duryudhana atas perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu lantas menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryudhana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian ini, Duryudhana akhirnya gugur. Sauptikaparwa Sauptikaparwa bercerita tentang pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Peristiwa yang menggugurkan banyak tentara Pandawa ini membuat Aswatama menyesal dan memilih untuk menjadi pertapa. Striparwa Bagian ini mengisahkan tentang ratapan kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka bertempur di medan perang. Selain itu, Yudhistira diceritakan menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Santiparwa Dalam Santiparwa diceritakan pertikaian batin Yudhistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan perang. Akhirnya, ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna, yang menjelaskan rahasia serta tujuan ajaran Hindu agar Yudhistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai raja. Anusasanaparwa Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudhistira kepada Rsi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang raja, dan masih banyak lainnya. Baca juga Wujud Akulturasi Budaya Lokal dengan Hindu-Buddha Aswamedhikaparwa Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudhistira. Selain itu, bagian ini juga menceritakan tentang pertempuran Arjuna dengan para raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula meninggal dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, tetapi dihidupkan kembali oleh Sri Kresna. Asramawasikaparwa Berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka juga menyerahkan takhta sepenuhnya kepada Yudhistira. Mosalaparwa Mosalaparwa menceritakan kisah Pandawa dan Drupadi yang menempuh hidup "sanyasin" atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana. Prasthanikaparwa Kitab ini menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Drupadi ke puncak Gunung Himalaya, sementara takhta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Drupadi dan Pandawa kecuali Yudhistira meninggal. Swargarohanaparwa Swargarohanaparwa menceritakan tentang kisah Yudhistira yang berhasil mencapai puncak Gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia dan menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan binatang itu. Anjing tersebut kemudian menampakkan wujudnya yang sebenarnya, yaitu Dewa Dharma. Referensi Wismulyani, Endar. 2018. Kitab-Kitab dari Abad Silam. Klaten Cempaka Putih. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Narasi MAHABARATA yakni kisah yang lain asing ditelinga kita, karena memang kisahan yang merakyat dan populer malar-malar cerita mahabarata berserta para tokohnya sering diceritakan lewat keseniang wayang, baik itu kesenian wayang kerucil atau wayang alat peraba. Referensi Singkat MAHABARATA Berikut ini adalah wacana mahabarata yang diringkas secara ringkas dalam bahasa sunda. 1. Luluhur Pandawa Nyaritakeun, karuhun Pandawa. Timimiti Prabu Santanu si fulan marĂ©ntah nagara Astina nepi ka Prabu DĂ©starata. Dina carita ieu, nyaritakeun kumaha Syah Santanu miboga prameswari Satyawati. Prabu Santanu geus boga anak asuh nu ngarana Bisma ti prameswari nu kahaiji. Ti Satyawati, Tuanku Santanu boga dua anak ngarana Citranggada jeung CitrasĂ©na. Saenggeus meunang hayat Citranggada diangkat jadi baginda. Teu lila Citranggada ogĂ© mulih kajati, nu ngaganti raina CitrasĂ©na atawa Wicitrawirya. Wicitrawirya boga dua Prameswari ngarana Ambika jeung Ambalika Ambahini, tapi teu boga anak. Sang Kanjeng sultan ahirna mulih kajati tanpa boga khalayak. Ku usaha Bisma supaya aji boga makhluk, dua janda Wicitranggada dikawinkeun ka Maharesi Abiasa, nu masih anakna Satyawati ti carogĂ© kahijina Bagawan Parasara. Ti Abiasa dua permaisuri tĂ©h ngalahirkeun dua putra, tapi duanana cacad. Destarata nu teu dapat nempo jeung Pandu Dewanata nu kulitna bulĂ©. Si fulan engkĂ© jadi raja Astinapura nya Ă©ta Pandu Dewanata adina. 2. Pandawa Jajaka Bagian ieu nyaritakeun Pandu kawin ka Kunti ti Nagri Madura jeung ka Madri ti Nagri Madraka. Ti Kunti boga anak Yudistira, Bima jeung Arjuna. Ti Madri boga anak asuh Nakula jeung Sadewa. Anak asuh Pandu katelah putra Pandawa. Destarata kawin ka Gandari ti Nagri Gandara boga anak asuh nu katelah Kurawa nu jumlahna saratus. Anak asuh Destarata nu kasebut mah aya Suyudana, Cerita saterusna nyaritakeun cara ngasuh jeung ngadidik pararumaja Pandawa jeung Kurawa dina asuhan Bisma jeung Si Temperatur Dorna. 3. Pandawa Papa Dimimitian ku Destarata nyerahkeun kalungguhan salaku raja ka Yudistira putra cikal Pandawa. Kurawa teu rela Yudistira bintang sartan sinuhun. MaranĂ©hna nĂ©ang akal kumaha carana meski nagara Astina jadi hoki Kurawa. MaranĂ©hna ngarasa boga kepunyaan sabab Destarata sanajan lolong ogĂ© anak cikal raja Astina. Pertentangan antara Pandawa jeung Kurawa kalah ka teterusa. Suyudana anak tunas kelapa Destarata dipapanas baĂ© ku Patih Sakuni, manĂ©hna hayang maĂ©han kabĂ©h Pandawa. Penggalan ieu ahirna ku Pandawa jadi minantu raja Pancala Kaisar Drupada nu kawin ka anakna nya Ă©ta Drupadi. 4. Pandawa Ngadeg Raja Dimimitian ku sumebarna kabar yĂ©n Pandawa lolos ti bahaya kabakaran jeung masih hirup. Ku mufakat kabĂ©h putra-putra Astina, Pandawa ahirna dibĂ©rĂ© sabagian nagri Astina beulah kidul. Nu kaprikornus raja Astina nya Ă©ta Suyudana. Indraprahasta kapilih pikeun ngayakeun ritual “rajasuya” nya Ă©ta hiji upacara nu nandakeun ngan karajaan nu panggedĂ©na nu meunang ngayakeun formalitas ieu. 5. Pandawa Diperdaya Kurawa ngarasa tambah dengdem ka Pandawa sabalikna ti Indraprahasta. Suyudana malah hayang nganggeuskeun ku jalan perang,tapi Bendahara Sakuni jeung para Kurawa nu sĂ©jĂ©na mere jalan nu leuwih kecil-kecil, nya Ă©ta ngondang Pandawa minangka tanda hatur nuhun sabab Astinapura geus diondang jeung dijamu ku sagala kamĂ©wahan. Éta nu katempo lahirna mah. Tapi, maksud utamana mah Semiaji rĂ©k diajak ngadu. 6. Pandawa Kasangsara Pandawa kapaksa ninggalkeun nagara jeung ngumbara ka leuweung saperti para tanda terima. Dina pangumbaraan ieu kagambarkeun terik-seneng para Pandawa. Arjuna berbuah meunangkeun sanjata berilmu ti Batara Hidung. Kisah ieu ditutup ku babak Karna takluk ka sang Pandita Batara Alat pencium, rok kĂ©rĂ© nu teu kebal sanjata ditukeur ku tumbak keur perang Baratayuda. Ku dibukana gaun kĂ©rĂ© Karna bakal tiwas dina perang. 7. Pandawa Nagih Jangji Arjuna panengah Pandawa keur tatapa nepi ka berbuah jeung balik deui ka Pandawa. MaranĂ©hna mufakat arĂ©k balik deui cicing di leuweung Kaniaka meski babari panggih jeung Kresna. Didieu Panawa mufakat rĂ©k nagih jangji ka para Kurawa. 8. Mepek Balad Pandawa ngutus Kresna ka Astina pikeun nagih jangji ka Suyudana teu milarĂ©, manĂ©hna kalah ingkar kana jangjina. Teu bisa dicegah deui perang Baratayuda bakal kalakonana. Ti dua pihak kabĂ©h lega ngumpulkeun balad. Nataharkeun sasadiaan keur perang. Dunana sarua kuatna pada boga prajurit nu gagah tur kuat. 9. Baratayuda I Putaran ieu ngalanjutkeun langkah perang Baratayuda. Dusun-dusun jeung negri leutik mimiti tiiseun sabab kaom lalakina berlalu ka medan perang. Dina babak ieu dikisahkeun kumaha Arjuna nu mimitina nolak pikeun nyeri perang sabab pihak pasangan tĂ©h dulur saturunan. Bisma arif ogĂ© yĂ©n perang Baratayuda antara Pandawa jeung Kurawa sabenerna perang ngabela kahadĂ©an di atas kabatilan atawa kajujuran ngalawan kasarakahan. 10. Baratayuda II Mimiti perang adu antara Bisma jeung Srikandi, Prajurit Kurawa mengaret. Saenggeus Bisma tiwas maka modern Resi Dorna. Dina perang lomba antara Dorna jeung Arjuna, maka Dorna ahirna tiwas. Ahirna sabab teu aya deui perwira-perwira nu tanggoh, ti pihak Kurawa Suyudana sorangan Ă©lĂ©h ku Bima. Kurawa takluk saenggeus 18 poĂ© perang. Dua beulah pihak bĂ©bĂ©akan. 11. Pandawa Seda Nyaritakeun kumaha kaayaan nagara sanggeus perang. Pihak Pandawa ngutus utusan ka Astina ka Sang Prabu Destarata ngajelaskeun perang anggeus jeung nu punjul tĂ©h pihak Pandawa. Tapi Pandawa tacan bias ngadep sabab arĂ©k ngalakukeun “nyucikeun diri” di Bangawan Gangga. Ahir kisah nyaritakeun kabĂ©h Pandawa membujur Yudistira nu pang sampurna ngalaksanakeun hirup di dunya ku pinuh kasabaran, kaadilan, jeung kanyaah. Maka Pandawa nu lainna ditempatkeun di suwargaloka. Kurawa ngan mimitina baĂ© dibĂ©rĂ© kasempetan ngasaan saeutik kani’matan surge nu ahirna mah kaprikornus pangeusi naraka. C. Analisis Wawacan 1. Ditilik tina jihat ajĂ©n tata susila Dina ieu wawacan loba pisan ajĂ©n-ajĂ©n kesusilaan nu bisa dijadikeun tuladan ku urang, diantarana baĂ© Kudu ubah tulungan jeung papada jelma, teu nempo tina saha Ă©ta jalma. Kudu silihasah, silihasuh, silihasih jeung nu jadi dulur. Kudu ngahormat kanu jadi kolot jeung nurut bunga tasbih nasĂ©hat kolot, nyaah kanu sahandapeun. Mun jadi pamingpin kudu adil, sangkan rahayat jeung nagara ma’mur kerta raharja loh jinawi. Kudu tuhu kana jangji, teu meunang ingkar bunga tasbih jangji sabab jangji tĂ©h hutang. Jalma mah teu meunang ngumbar napsu atawa amarah sabab balukarna urang terkoteng-koteng nu kerjakan rugi sorangan. Kudu jujur, sabab mun jujur tangtu ebi untuk loba nu mercaya. Teu meunang takabur atawa sombong. Sing daĂ©k manuver lamun hayang nu jadi tujuan tĂ©h kahontal. Kudu sabar nalika meunang cocoba, sabab sabar buat mawa benur bunga tasbih kasampurnaan seropot. Kalangenan nu teu mangpaat bakal ngarugikeun urang cak seorang diri, leuwih hadĂ© walaupun kalangenan tĂ©h mawa mangpaat. Perang ngabalukarkeun sagalana rugi, boh harta jeung nyawa. Perang nimbulkeun kasangsaraan keur rahayat. Salaku warga nagara nu hadĂ© urang kudu ngilu bela nagara lamun nagara aya dina kaayaan perang. Deskripsi Data Wawacan Judul Mahabarata Pangarang Wijasa Kandel 354 kaca Ditarjamahkeun ku Sastrahadiprawira, Deskripsi mahajana Wawacan Mahabarata diwangun ku 10 jilid. Pandawa 2. Pandawa Jajaka 3. Pandawa Rudin 4. Pandawa Ngadeg Raja 5. Pandawa Diperdaya 6. Pandawa Kasangsara 7. Pandawa Nagih Jangji 8. Mepek Balad 9. Barata Yuda I 10. Barata Yuda II 11. Pandawa Seda Indonesia Ringkasan Cerita Mahabarata Kisah Mahabharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra. Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Kurawa Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan 7 anak, akan tetapi semua ditenggelamkan ke laut Gangga oleh Dewi Gangga dengan alasan semua sudah terkena kutukan. Akan tetapi kemudian anak ke 8 bisa diselamatkan oleh Prabu Santanu yang diberi nama Dewabrata. Kemudian Dewi Ganggapun pergi meninggalkan Prabu Santanu. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan bhishan pratigya yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya. Hal itu dikarenakan Bisma tidak ingin dia dan keturunannya berselisih dengan keturunan Satyawati, ibu tirinya. Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citranggada dan Wicitrawirya. Demi kebahagiaan adik-adiknya, Bisma pergi ke Kerajaan Kasi dan memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang puteri bernama Amba, Ambika, dan Ambalika, untuk dinikahkan kepada adik-adiknya. Karena Citranggada wafat, maka Ambika dan Ambalika menikah dengan Wicitrawirya, sedangkan Amba mencintai Bisma namun Bisma menolak cintanya karena terikat oleh sumpah bahwa ia tidak akan kawin seumur hidup. Demi usaha untuk menjauhkan Amba dari dirinya, tanpa sengaja ia menembakkan panah menembus dada Amba. Atas kematian itu, Bisma diberitahu bahwa kelak Amba bereinkarnasi menjadi seorang pangeran yang memiliki sifat kewanitaan, yaitu putera Raja Drupada yang bernama Srikandi. Kalau versi Jawa, Srikandi adalah seorang wanita sejati Kelak kematiannya juga berada di tangan Srikandi yang membantu Arjuna dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Citranggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Satyawati mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika untuk menemui Resi Byasa, sebab Sang Resi dipanggil untuk mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. Sunda Ringkesan Carita Mahabarata Carita Mahabarata dimimitian ku pasamoan Prabu Duswanta jeung Sakuntala. Prabu Duswanta mangrupa raja agung ti Chandrawangsa turunan Yayati, nikah ka Sakuntala ti padepokan Bagawan Kanwa, tuluy turunan Sang Bharata. Sang Bharata nurunkeun Sang Hasti, anu saterusna ngadegkeun puseur pamarĂ©ntahan anu disebut Hastinapura. Sang Hasti nurunkeun para Raja Hastinapura. Ti kulawarga ieu, lahir Sang Kuru, anu marĂ©ntah sarta nyucikeun wewengkon badag disebut Kurukshetra. Kaum Kuru turunan wangsa Kuru atawa wangsa Korawa. Dina wangsa ieu lahir Pratipa, nu jadi ramana Prabu Santanu, karuhun Pandawa jeung Korawa. Prabu Santanu nyaĂ©ta raja anu kasohor turunan Sang Kuru, asalna ti Hastinapura. ManĂ©hna nikah ka DĂ©wi Gangga anu dikutuk turun ka dunya, tapi DĂ©wi Gangga ninggalkeun manĂ©hna alatan Raja ingkar kana janji nikah. Hubungan Raja jeung DĂ©wi Gangga geus ngalahirkeun 7 anak, tapi sakabĂ©hna dilelepkeun di laut Gangga ku DĂ©wi Gangga kalawan alesan kabĂ©h geus dilaknat. Tapi saterusna anak ka-8 disalametkeun ku Prabu Santanu, anu dingaranan Dewabrata. Lajeng Dewi Gangga ninggalkeun Prabu Santanu. Ngaran Dewabrata diganti jadi Bisma lantaran ngalaksanakeun bhishan pratigya, nyaĂ©ta sumpah bakal bujang salilana sarta moal ngawariskeun tahta ieu lantaran Bisma teu hayang manĂ©hna jeung turunanana pasea jeung turunan Satyawati, indung sukuna. Sanggeus ditinggalkeun ku Dewi Gangga, ahirna Prabu Santanu jadi duda. Sababaraha taun ti harita, Prabu Santanu neraskeun kahirupan kawinna ku cara ngawin Dewi Satyawati, putri pamayang. Tina hubungan Ă©ta, Raja kagungan putra Sang Citranggada sareng Wicitrawirya. Demi kabagĂ©an adina, Bisma indit ka Karajaan Kasi sarta meunang sayembara sahingga manĂ©hna bisa mawa imah tilu putri anu ngaranna Amba, Ambika, jeung Ambalika, pikeun ditikah ku lanceuk-lanceukna. Kusabab Citranggada maot, Ambika jeung Ambalika nikah ka Wicitrawirya, sedengkeun Amba mikanyaah Bisma tapi Bisma nolak cintana sabab kabeungkeut ku sumpah moal kawin saumur hirup. Dina usaha ngajauhkeun Amba ti anjeunna, anjeunna ngahaja nembak panah kana dada Amba. Saparantos pupus, Bisma diwartosan yen engke Amba bakal jelma deui jadi pangeran anu miboga sipat feminin, nyaeta putra Prabu Drupada anu jenengan Srikandi. Dina vĂ©rsi Jawa, Srikandi tĂ©h wanoja sajati EngkĂ© maotna ogĂ© aya dina tangan Srikandi anu mantuan Arjuna dina perang gedĂ© di Kurukshetra. Citranggada maot dina umur ngora dina hiji perang, tuluy diganti ku lanceukna, Wicitrawirya. Wicitrawirya ogĂ© maot dina umur ngora teu kungsi boga ngutus dua garwa Wicitrawirya, Ambika jeung Ambalika, pikeun nepungan Resi Byasa, sabab Sang Resi ditimbalan ngayakeun upacara ngalahirkeun anak. Indonesia Cerita Mahabarata adalah kisah atau wiracarita sastra Hindu Klasik. Ceritanya sendiri, sesuai dengan namanya, berputar pada cerita keluarga Bharata. Rentang waktu sebagai latarnya berlangsung antara masa 400 tahun sebelum dan sesudah Masehi. Sunda Carita Mahabarata mangrupikeun carita sastra atanapi epik Hindu klasik. Carita Ă©ta nyalira, leres sareng namina, ngurilingan carita kulawarga Bharata. Jangka waktos salaku setting lumangsung antara 400 taun sateuacan sareng saatos Al Masih. Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Sunda? Semua terjemahan yang dibuat di dalam disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak" Kebijakan Privasi Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Pandawa jeung Kurawa Prabu Pandu Dewanata tĂ©h hiji raja ti karajaan Astina. Anjeuna boga putra lima sadulur anu baris katelah Pandawa Lima, anu dilahirkeun ti dua istrina nya eta DĂ©wi Kunti jeung DĂ©wi Madrim. Éta Pandawa Lima ti nu panggedĂ©na nepi ka pangleutikna tĂ©h nya Ă©ta; Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula jeung SadĂ©wa. Yudistira boga ngaran kanyaah atawa ngaran leutikna nya Ă©ta Puntadewa, Bima ngaran leutikna nya Ă©ta SĂ©na, Arjuna ngaran leutikna tĂ©h Permadi, dilahirkeun ti ibu DĂ©wi Kunti. Sedeng Nakula nu boga ngaran leutik Punten, jeung SadĂ©wa nu boga ngaran leutikna Tangsen dilahirkeun ti ibu DĂ©wi Madrim. Hanjakal Pandu DĂ©wanata tilar keur ngora kĂ©nĂ©h, sarta barudakna masih laleutik. Alatan barudakna tacan bisa nyarekel kadali pamarĂ©ntahan pikeun ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara karajaan Astinapura, korsi pamarĂ©ntahan pikeun saheulaan dipasrahkeun ka DĂ©starata salaku lanceuk Pandu DĂ©wanata. Jaga lamun palaputra Pandawa Lima geus sawawa, mangka Astinapura baris dipasrahkeun ka aranjeuna salaku pawaris hak tahta anu sah. DĂ©starata tĂ©h pisikna teu sampurna, dua panonna teu ningali alias lolong. Salian ti Ă©ta, pamadeganana kurang kuat, gampang robah, gampang dihasut tur gampang diolo ku barudakna anu jumlahna saratus, katelah palaputra Kurawa. Ampir sakum palaputra Kurawa miboga watek gorĂ©ng kayaning, hasud, sirik-pidik, sarakah, tukang bohong, tukang fitnah, jeung lian-lianna. Rencana pamasrahan tahta Astinapura ka palaputra Pandawa putra Pandu kahalang ku DĂ©wi Gandari salaku pamajikan DĂ©starata jeung salaku indung palaputra Kurawa. DĂ©wi Gandari satekah polah lumaku kumaha carana sangkan tahta Astinapura tĂ©h jaga teu ragrag ka palaputra Pandawa salaku pawaris sah, tapi ragrag ka pihak Kurawa salaku palaputra manĂ©hna. Ambisi DĂ©wi Gandari dirojong ku adina nu ngaranna Harya Suman nu katelahna Patih Sangkuni, hiji patih di karajaan Astinapura. Patih Sangkuni boga pikiran yĂ©n sangkan tahta Astinapura bisa dicekel ku pihak Kurawa, mangka Pandawa Lima kudu disingkirkeun ti Karajan Astinapura. Ti baheulana, Pandawa Lima sok leuwih punjul ti batan Kurawa. Boh tina kaparigelan maĂ©nkeun pakarang, kapunjulan kapribadian, tur Ă©lmu pangaweruh boh kabatinan atawa kanagaraan. Hal ieu ngalatarankeun mumusuhan di antara maranĂ©hna leuwih ngebebela. PuntadĂ©wa atawa Yudistira unggul dina widang sastra jeung kanagaraan, Bima punjul dina widang maĂ©nkeun gada, Arjuna punjul dina widang manah jeung Ă©lmu perang, sedeng Nakula-SadĂ©wa sanajan can sawawa punjul dina prilaku jeung kapribadian. Bima nu dedeg pangadegna jangkung badag tur bedas tanagana, mindeng kelibet masalah jeung pihak Kurawa. Duryudhana jeung adina Dursasana ti pihak Kurawa pernah digampleng ku Bima alatan maranĂ©hna nyieun gara-gara ka pihak Pandawa. Sok sanajan digulung dirempug dikoroyok ku duaan, tapi dina Ă©ta tarung tĂ©h angger Bima nu unggul. Ti harita Bima sok jadi sasaran kaceuceub-kageuleuh pihak Kurawa. Hiji waktu, Bima nu pohara rampus daharna dibĂ©rĂ© racun ku Kurawa dina kadaharannana. Sanggeus Bima kapiuhan, awakna tuluy dipiceun ka sumur Jalatunda anu eusina pinuh ku mangpirang oray nu matih peurahna. Ngan ku pitulungna Batara Dadungnala, Bima salamet tina bahaya pati. Malah, ti saprak harita Bima jadi kebal ku mangpirang baruang racun nu sakumaha matihna gĂ©. Sadar usahana nyingkahkeun Bima tĂ©h gagal, pihak Kurawa nyieun deui tarekah nyingkahkeun pihak Pandawa ku jalan ngaduruk balĂ© Sigala-gala tempat sararĂ© Pandawa sarta Ibu DĂ©wi Kunti. Ngan Ă©ta tarekah gĂ© gagal deui alatan Pandawa ditulungan ku Batara Naradha, Sang Hyang Antaboga, jeung Yama Widura. Sangkan pacogrĂ©gan antara Kurawa jeung Pandawa teu terus lumangsung, para kokolot nu diluluguan ku Resi Bisma jeung Yama Widura mĂ©rĂ© tarekah ka DĂ©strarata sangkan Pandawa Lima dibĂ©rĂ© leuweung geledegan nu katelah Wanamarta Wana = Leuweung, Amarta = Ngaran Ă©ta leuweung. Éta bongbolongan tĂ©h disapukan atawa disatujuan ku DĂ©strarata, nya antukna Wanamarta dipasrahkeun ka Pandawa. Alatan palaputra Pandawa mah punjul pisan dina sagala widang –kaasup widang Tata Nagara-, tur dibantuan ogĂ© ku sawatara DĂ©wa jeung sobat-sobat Pandawa, dina waktu nu singget maranĂ©hna bisa ngarobah Wanamarta nu asalna leuweung geledegan jadi hiji nagara atawa karajaan kalawan dibĂ©rĂ© ngaran karajaan Amarta, tur boga puseur dayeuh atawa ibukota nu dibĂ©rĂ© ngaran Indraprasta. Beuki lila Amarta beuki maju. Karajaanna beuki gedĂ© jeung kuat, sabab loba karajaan-karajaan leutik nu garabung ka Amarta. Hal ieu ngabalukarkeun rasa ceuceub Kurawa ka Pandawa beuki mahabu. Antukna, pacogrĂ©gan dua pihak nu beuki gedĂ© jaga di carita satuluyna bakal bubuara jadi perang rongkah antara Pandawa Lima jeung Kurawa, katelah Perang Bharatayuda di padang KurusĂ©tra. Tekad Pangestu, tina sawatara sumber

cerita mahabarata versi bahasa sunda